Lantai 16

7/18/10

#037: 1601

in this story: Sherry, Rasuna Adikara, Kolabton Nawalem, Prada Prameshwari, Langa Beng Otanga.

Semuanya terang. Terlalu terang hingga aku tak bisa membuka mata. Tapi lamat-lamat kudengar suara-suara disekitarku.

"Ini untuk yang kedua kalinya dia masuk ruang operasi. Ada apa lagi dengan dia?" seseorang menggerutu.

Ruang operasi? Untuk apa aku disini? Untuk yang kedua kalinya pula?

"Jahitan di leher rahim sepertinya membuka, kita akan mencoba menjahitnya lagi" sebuah suara lain yang simpatik terdengar di telingaku.

Jahitan? Leher rahim?? Apa yang terjadi denganku? Aku lantas mencoba mengingat-ngingat. Aku ingat tadi aku menuruni tangga apartemen karena lift rusak, aku ingat bagaimana Jeko menemaniku turun lalu Sherry, perempuan dugem datang menaiki tangga dan....ah aku jatuh, melihat darah, dan aku tidak tahu apa-apa lagi.

Jadi aku pendarahan? Lantas bagaimana dengan janinku? Bagaimana dengan calon anak-anakku? Apakah mereka selamat?

Sambil panik merasakan ini aku merasakan tangan-tangan menggerayangi tubuhku. Seseorang menempelkan sesuatu di dadaku. Di sebelah atas payudara kananku, orang lainnya menempelkan sesuatu di jariku. Meski bisa merasakan tekanan mereka aku tidak lagi merasa apapun. Aku hanya tahu mereka menekanku.

"Siapa yang mengoperasi? Dokter Willy lagi?" suara yang tadi menggerutu bertanya.
"Entahlah, tapi kudengar Dokter Willy sedang meminta bantuan temannya. Katanya ini kasus khusus. Mungkin karena operasi pertama gagal." ini suara yang lain lagi. suara perempuan

Ah, jadi sebenarnya berapa orang sih yang ada di sini? Aku mencoba berpikir. Membedakan suara-suara mereka.

"Kira-kira seberapa cepat dokternya datang?" ini si gerutu lagi bersuara.
"Entahlah, tapi kuharap sesegera mungkin. Pendarahannya harus segera dihentikan. Aku tak tega melihata suaminya yang menangis di ruang tunggu dari operasi pertama tadi. Sekarang kurasa ia masih menagis disana " ini si simpatik lagi

Hmm. Suami?? Mana mungkin suamiku kesini? Ah aku lupa. Aku sudah tak punya suami!

Pintu terdengar terbuka. Wangi yang familiar menyapa penciumanku. Wangi yang begitu manis dan terlalu familiar.

"Ini Dokter Sherry. Dia akan menjadi dokter operasi malam ini, saya akan menjadi asisten dokter. Meski bukan dokter indent saya harap tidak ada yang mempertanyakan kualitas dokter Sherry. Dia mengambil dua spesialisasi di Amerika dan lulus cum laude pada keduanya." suara bariton terdengar.

Dokter Sherry?? Mungkinkah Sherry yang itu?!

"Baiklah operasi kita mulai!" ini suara perempuan...mirip Sherry tetanggaku itu.

Aku merasakan sepasang tangan meraba-raba perut dan bagian bawahku.

"Usia kehamilan 18 Minggu, ibu memiliki pendarahan hebat karena terjatuh, dijahit tapi berdarah kembali" ini si bariton.
"Jahitannya terlepas. Ada yang tidak sempurna saat penjahitan pertama. Teknik Jahit seperti ini tidak akan cukup untuk menopang tiga janin sekaligus. Kita akan membuka kembali jahitan itu" ini suara Sherry. Tegas. dan entah bagaimana cukup menenangkan.

Aku lantas mendengar Sherry meminta alat-alat operasi. Gunting, jarum, benang.

"saya akan melakukan figure of eight suture atau teknik jahit angka delapan untuk menjahit leher rahim. Lapis dalam lapis karena luka cukup dalam. Air ketuban bagus dan janin dalam keadaan sehat."

Aku sangat tenang mendengar janin kembar tigaku sehat-sehat saja. Terserah pada Sherry mau seperti apa dia menjahit mulut rahimku. Yang penting janinku selamat.

Kres kres kres. Aku merasa tekanan-tekanan gerakan di bawah. Tapi hanya tekanan saa. Tidak ada sakit atau apapun.

"Ini jahitan terakhir. Ya! cervial cercleage selesai! Kondisi jantung ibu normal, Tekanan darah normal. Janin sehat. Pasien bisa dibawa ke ruang perawatan"

Dengan itu operasi selesai. Aku bisa merasakan orang-orang mulai membuka apa yang asalnya mereka letakkan di tubuhku. Membuka baju operasiku dan menggantinya dengan baju rumah sakit dengan pelan dan hati sebelum aku dipindahkan menuju ranjang berjalan. Begitu lampu yang sangat terang itu dimatikan, aku membuka mata. Beberapa perawat menoleh dan tersenyum menyadari aku sudah sadar. Atau setengah sadar karean aku belum merasakan dingin, panas atau rasa sakit yang seharusnya datang.

Saat pintu keluar operasi dibuka. Aku melihat Sherry, Jeko, Beng, Prada, Hippies depan kamar dan satu perempuan yang tadi kulihat di depan kamar Jeko. Sherry masih dengan baju operasinya. Aku hanya bisa tersenyum dan menggumamkan terimakasih sebelum mataku memberat. Aku ingin tidur.

Ziantine Larasati
plot/ seri 01/ eps.004: SI CALON JANIN/ post: #005. prev post: http://appartemant16.blogspot.com/2010/07/032-1602.html

1 comment:

  1. wah, dahsyat... paragraf kedua terakhir adalah paragraf paling seksi yang pernah kubaca dalam bulanbulan terakhir ini... penuh doa buat zi dan anak2nya...(siapapun namanya :)

    ReplyDelete