Lantai 16

7/17/10

#033: 1600

in this story: Ziantine Larasati, Rasuna Adikara, Langa Beng Otanga.

“Tururuu..tururururuu..rururuuu...” Suling mengalun lembut.. dan kapal bergoyang-goyang digoyang ombak... “Hah! dimana ini?!” teriakku keheranan tiba-tiba mendapati diri telentang di atas dek kapal. Kapal yang luas yang sedang mengarungi samudera yang besar.

Saya bangkit dan melihat ke ujung kapal “siapa lagi itu muda mudi memadu kasih membentuk salib menantang ombak” saya reflek memicingkan mata dan mencoba menghampiri. “srakk” oh sepatu Saya seperti ditahan sesuatu. Saya menengok ke bawah dan mendapati wanita berambut emas yang hanya terlihat kepala dan tangannya mengenggam erat pergelangan kaki Saya. “HOAAAAAA!!” Saya teriak bukan ngeri tapi kagum, lebih banyak mahluk aneh yang pernah saya temui.

“Kamu siapa? kok familiar y?” tanyaku pada wanita rambut emas kepala tangan itu. “Banyak yang bilang begitu, aku memang mirip Celine Dion, panggil aku CD,” jawabnya. “Oke lalu kenapa kaki saya kau tahan,” sahutku balik. “Aku temannya CJ, sebentar,” pungkasnya, dan tiba-tiba CD menggerakan tangannya seperti pesulap Damian dan mengambil secarik kertas dari udara, dan diberikan pada saya.

“HAI KOLAB MABRO, AKU SEKARANG DI RUMAH SAKIT SEKITAR 45 MENIT KE ARAH KIBLAT. TIDAK USAH KHAWATIR, JON DAN JEKO TADI YANG MENYELAMATKAN IBUKU DAN SAUDARAKU. AKU TADI SIANG TERPAKSA MEMINJAM TUBUHMU DARI PINGGANG KE ATAS UNTUK MENELEFON JON DAN MENERIMA TELFON DARI JEKO. MAAF JIKA MUNGKIN TADI KAMU TERBANGUN TERBALIK KARENA MENYEIMBANGKAN TUBUH YANG HANYA BAGIAN ATASMU SUNGGUH SULIT.


SALAM NARKOTIKA
CJ “

Kelar Saya baca memo itu dan “Buak!!” CD memukul saya dengan tangannya yang tiba-tiba memanjang. Semuanya kembali gelap. “Tururuu..tururururuu..rururuuu...” musik kembali mengalun dan Saya kembali membuka mata perlahan. Oh rupanya saya masih di lantai dasar apartemen, dan kaki saya masih terbelit tanaman hias. Musik masih mengalun dan “drttt..” Saku jeans kanan saya bergetar-getar, ternyata handphone saya yang berbunyi dari tadi. “siapa sih yang iseng mengganti nada telefon dan sms masuk hp saya dengan lagu Titanic?” gumam Saya sebal. Saya rogoh saku dan mengambil perlahan Hpnya, seluruh badan saya masih sakit, terutama kepala.

“Klik” Saya pencet nokia pisang yang merepotkan itu. Banyak misscall dari Jeko dan Jon. ada satu pesan juga dari Jon “Lab mana lo? katanya mau dateng ke RS, cepetan Jeko bingung tuh.” Saya masukkan kembali Hp Saya ke saku dan mencoba bangkit terseok-seok.

Baru saja saya bangkit, seketika saja pintu masuk apartemen terbuka dari luar. Seorang berwajah kaku dengan beberapa gulungan kertas sketsa masuk. “Beng! tau arah kiblat ga kemana?” Sapa sekaligus tanya saya. “Ya saya tau, ke arah sana, kamu si tetangga hippies kan?,” jawabnya sambil menunuuk arah kiblat. “hah? hippies? apaan tuh? iya saya Kolab tetangga depan kamar, sebelahnya Jeko,” jelas Saya.

“Ada apa? kepalamu kenapa bocor begitu?” tanyanya datar, seolah darah dan luka biasa baginya. “Ceritanya panjang, yang jelas sebaiknya kau temani saya ke rumah sakit ke arah kiblat, terjadi sesuatu terhadap C eh Zi!,” jawab saya terengah. “Hah?! Kenapa Zi!?” Beng mulai panik. “Kena kanker serviks kali, ayo ntar aja tanya jawabnya,” Ujarku sambil merangkul leher Beng dan mengajaknya mencari taksi untuk ke rumah sakit arah kiblat.

Kami pun tiba di rumah sakit. Beng yang membayar taksinya. “tengkyu Beng,” ujarku. Kami masih di depan rumah sakit. “Beng sori saya dah mau pingsan nih, malah udah pingsan tadi gara-gara tiga hari belum makan, beliin makan bentar dong Beng apa aja bungkusin, Saya harus cepet-cepet ketemu Jon ama Jeko nih,” sambungku sambil merukuk. “Oke nanti ku susul ke dalam,” Ujar Beng tanpa protes tapi Saya malah takut.

Di dalam ruang tunggu sudah ada Jon. “Thanx Jon,”ujarku sambil menepuk pundaknya dan duduk disebelah kanannya. Jon hanya mengacungkan jempolnya dan tersenyum. Tak lama datang Jeko yang mukanya mencair tersedu, ia terduduk pilu di sebelah kanan Saya. Saya beri tepukan di pundaknya dan berbisik “tenang, ceje tidak ikut mati, dia akan terus hidup bersamaku kok!.” Jeko si Don Juan tetap menangis. “Lagipula CJ kan tidak sendiri di perut ibunya, dia masih punya dua saudara lagi,” sambungku. “loh jadi Zi anaknya kembar 3??,” sambar Jon yang lebih tahu daripada Jeko. Jeko tidak peduli dan masih lanjut menangis, dan tiba-tiba.. aroma bakpau menyeruak, disusul adegan Beng yang sudah berlutut bersimbah keringat dengan muka yang sepertinya terkejut. Bahkan Beng sepertinya tidak sadar sudah menumpahkan tiga bakpau yang mungkin titipan saya itu.

“Beng kau kenapa?” tanyaku sambil menepuk pundaknya, dan menjadikan ia pria ketiga yang saya tepuk pundaknya hari ini. Beng diam, Saya kelaparan, Jeko menangis, Jon memungut Bakpau dan Zi kritis.

Kolatbon Nawalem
plot/ seri 01/ eps.004: SI CALON JANIN/ post: #005. prev post: http://appartemant16.blogspot.com/2010/07/032-1602.html

No comments:

Post a Comment