Lantai 16

7/12/10

#028: 1606

in this story: Rasuna Adikara

“Kamu tahu kenapa ibuku memberi nama Rain?” ujarku kepada Rasuna seraya mengambil handuk dari genggamannya.

Rasuna hanya menggelengkan kepala. “Tidak tahu dan aku ingin tahu sekarang,” tandasnya.

Kuurungkan niatku untuk menyambangi kamar mandinya, meski air panas sudah ku nyalakan dan memenuhi bath up miliknya itu. Aku kembali ke sofa dimana ia masih asyik menunggu koki favoritnya di layar tv. Aku duduk di sebelahnya, handuk masih melingkar di leherku, sembari menghidupkan rokok yang tersisa di meja depan sofanya, aku melanjutkan pembicaraanku.

“Ibuku sangat menyukai hujan. Sangat, “ aku memberikan penekanan kepada kata “sangat” itu.

Di kala kami hanya berdua di rumah, ibu ku sering cerita mengapa ia suka hujan. Dulu semasa kecil saat masih di kampung, Ibu ingin sekali bermain di bawah siraman hujan bersama teman sekampungnya. Maklum, kata Ibu anak zaman dulu sangat antusias dengan hujan. Mereka sering mandi hujan sambil bermain uber-uberan atau patung-patungan atau umpetan. Tapi, sayang. Hingga menginjak usia 10 tahun, ibu tak pernah mandi hujan bersama teman-temannya. Nenekku setengah gila, ia tak pernah memperbolehkan ibu bermain saat hujan.

“Dari mana kamu menyimpulkan nenekmu setengah gila. Sori, maksudku apa dia terkena penyakit kejiwaan atau bagaimana?” Rasuna memotong ceritaku.

“Entahlah, tapi dari cerita Ibu aku anggap dia setengah gila,”

Setiap hujan turun, ibu pasti terkurung. Ia hanya bisa memegang rintik hujan dari balik jendela kayu kamarnya. Pernah sekali , ibu bandel. Ia nekat keluar rumah secara diam-diam. Apesnya, baru menginjakkan kaki di teras, nenekku bangun dari tidur siangnya. Nenek murka, ia langsung menarik tubuh Ibu masuk ke rumah. Pelajaran dari nenek kalau ibu bandel adalah: dipukul dengan rotan atau disundut dengan rokok yang tak pernah lepas dari tangannya.

“Hemmhh, wajar jika kamu anggap ia setengah gila. Tapi, tampaknya kau keturunan dari nenekmu ya.”

“Maksudmu? Aku setengah gila?” tanyaku heran.

“Tidak, keturunan pecandu rokok,” ujarnya tertawa.

Aku membalas tawanya. Ini adalah tawa pertamaku di apartemen ini, Rasuna.

“Lanjutkan ceritamu,” Rasuna membuyarkan diamku yang barang berapa detik itu.

“Ibu tak jera, ia malah menantang nenek. Namun, sial selalu ketahuan. Sampai-sampai Ibu bilang, dia sudah kebal dengan api rokok.”

Entah, apa yang dicari Ibu dengan bermain hujan. Aku baru tahu jawaban ini beberapa bulan lalu, saat minum teh bersama di teras rumahnya. “Kakekmu, yang meninggalkan aku dan nenekmu pernah membisikan satu kata kepadaku sebelum ia kabur dari rumah. Ia berkata: Cari dan temui aku di kala hujan tiba, nak. Tenang, kau tak akan kedinginan. Karena, saat kau bertemu hujan kau juga akan merasakan peluk Bapak.

“Kakekmu kabur karena apa?” Rasuna semakin penasaran.

“Kakek kabur karena nenek. Ia tak tahan ulah nenek yang saban hari minum. Sempat pula, main serong dengan Pak RT. Kakek, kata Ibu, sungguh pria yang penyabar dan tak pernah marah. Karena itu, ia memilih meninggalkan nenek. Sengaja Ibu tidak ia bawa, karena kakek tahu, hanya Ibu yang ia punya di dunia ini jika kakek pergi,” Jawabku.

"Oke Pemirsa, Sampai Bertemu di Tayangan mendatang dengan menu yang berbeda. Hanya di…" Suara chef favorit Rasuna di layar TV seakan menyadarkan kami, bahwa kami sama-sama tertegun.

“Namamu sungguh bermakna Rain,” Rasuna hanya berkomentar singkat.

“Ya. Sampai sekarang, jika hujan datang dan ibu betul-betul rindu kakek, ia tak segan keluar rumah, mendatangi halaman belakang rumahnya: main hujan,” ujarku

“Yah, itulah ceritanya. Well, aku tampaknya tak jadi mandi nih,” aku beranjak dari sofa.

Dalam hitungan menit, saat aku menunggu bathubnya penuh dengan air panas lagi, Rasuna menggedor pintu kamar mandi. Ku matikan keran air.

“Rain, di luar hujan. Maukah kita bermain hujan? Aku ingin mengenal kakekmu,” ucap Rasuna.

Aku diam.

Kembali kukenakan t-shirt yang sudah tiga hari tak dicuci itu, “oke, tunggu sebentar.”

Untuk Hujan yang selalu memberiku inspirasi.

Florisia Rainarki
plot/ seri 01/ eps.002: SHERRY/ post: #004. prev post: http://appartemant16.blogspot.com/2010/07/024-1602.html

No comments:

Post a Comment