Lantai 16

7/17/10

#029: 1605

in this story: Prada Prameshwari

Ku terbangun, Kaget. Tapi tidak tahu mengapa aku terbangun kaget. Mungkin mimpi. Kulihat jam dinding yang sengaja gantung di dinding atas tempat tidurku, supaya aku bisa sedikit beranjak untuk melihatnya. Supaya gak telalu malas-malas amat. Baru pukul lima. Udara dingin sekali. Rupanya aku lupa menutup jendela ke Balkon, aku menyadarinya dari tirai broken white ku yang melambai2 pelan terlitup angin.


Kemudian aku memeriksa sisi kiri tempat tidurku. Aku memang terbiasa tidur di sisi kanan. Tidak ada siapa-siapa. Aku mengembuskan nafas lega. Baru kali ini aku pulang tidak dengan orang lain. Pria-pria kesepian yang hanya ingin bercinta denganku, atau pria2 bosan dengan istrinya atau pacarnya yang juga ingin merasakan kemolekan tubuhku.


Aneh, aku tidak bisa tidur lagi. Rasanya tubuhku ini meolak untuk diajak ke alam mimpi lagi. Kuputuskan untuk bangun dan membuat teh chamomile oleh-oleh ibu dari perjalanannya entah kemana. Mungkin pagi ini bisa menjadi momen yang sangat tepat untuk bersantai, merenung menikmati pagi secara sadar yang entah berapa lama sudah tidak aku nikmati lagi.


*


Aku menyeruput the chamomile ku yang sebelumnya aku nikmati dulu harumnya. Kurasakan hangat menjalar ke tenggorokanku pelan-pelan turun keperut lalu sampai ke ujung jari tangan dan kaki. Aku mulai membuka laptopku dan iseng melihat semua akun jejaring sosial yang aku punya yang sudah sangat lama tidak aku urusi. Yah, ngurus dunia nyata aja sadar-tidak sadar, apalagi harus ngurus dunia maya?


WOW, sungguh banyak kehebohan di dunia maya, ya. Sebulan ini aku juga tidak mengaktifkan layanan langganan internet menggunakan smartphone. Rasanya aku malas dan aku muak dengan segala yang sedang dan sudah terjadi. Kemudian dengan bodoh dan klisenya aku asyik minum-minum dan bercinta sesuka dengan hati dengan pria manapun ____ yang tampan tentu saja.


Aku sebenarnya tidak gitu-gitu amat, mungkin mereka kira aku ini seorang perek murahan yang tidak tahu malu. Tapi mereka tidak tahu aku, yah, aku juga tidak pernah cerita dengan orang dipinggir jalan, toh? Kadang aku suka tertawa dalam hati melihat orang-orang memandang aneh ke arahku, memandang sinis, memandang heran, memandang nafsu. Ah, betapa dangkalnya mereka hanya menilai orang dari sisi luarnya saja.


Kemarin ketika aku baru pulang dari Bar, tetanggaku _entah siapa namanya_ mengusap-usap perutnya seakan-akan dia sedang hamil (atau memang lagi hamil?), mungkin dia sedang mengamit-amiti anaknya jangan sampai sepertiku. Dan aku hanya bisa tersenyum dalam hati. Lucu sekali.


Yah, aku memang terlahir dari keluarga penganut paham kebebasan. Ibuku sendiri yang mengajari aku. Ibuku, yang memang keturunan negara demokrasi terbesar di jagat raya mengajariku untuk selalu berbuat apa yang yang aku suka dan aku rasa baik dan berani bertanggung jawab. Kata ibu, "Kamu yang menjalani hidup, ya kamu yang menentukan hidup kamu,"


Aku memilih jalan hidupku seperti ini, setelah aku bersusah payah menyelesaikan S-2ku di salah satu perguruan tinggi negeri ternama di Negara ini dan kemudian bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta, dengan mudahnya aku memutuskan untuk resign dari pekerjaanku dan pindah menyepi ke Bandung, ke Apartemen ini.


Lihat jejaring sosialku, penuh message dari teman2ku di Jakarta. Ada juga, hmm.. reminder. Ternyata besok hari pernikahan Eibi dan calon istrinya itu. Ya, orang-orang yang mengira aku bodoh itu semua benar. Aku memang bodoh, keluar kerja cuma gara2 diputusin pacar, pindah ke Bandung biar bisa deket sama mantan pacar, mabuk-mabukan dan bercinta sana-sini hanya gara-gara frustrasi urusan CINTA? Ya, aku memang bodoh untuk urusan cinta.


*


Aku mulai memberesi kamar. Seakan-akan aku baru kembali dari liburan yang sangat panjang. Aku memulainya dengan memberesi tumpukan buku, kertas, dan koran di meja kopi depan sofa. Kutumpuk dan ku susun lagi di tempat yang seharusnya, rak buku tentu saja. Barang printilan lain yang tempatnya tidak berada di tempat yang seharusnya, mungkin tersenggol atau rusak akibat permainan2 panas malam2 sebelumnya, haha, aku susun dengan rapi kembali. Aku masih ingat benar letak letaknya. Aku memang agak kompulsif.


Aku mulai menyapu lantai dan tidak sengaja menabrak kertas-kertas yang mungkin bekas diselipkan dari bawah pintu. Aku baru sadar setelah menabraknya dengan sapuku dan kertas itupun berceceran kemana-mana. Biasa, aku melamun. Kususun lagi kertas itu dan kubaca satu persatu. Artike itu berisi informasi seputar Kanker Serviks. Sudah dibubuhi spidol berwarna cerah pada bagian-bagian penyebabnya "Seks Bebas, beganti-ganti pasangan" begitu. Kemudian pada kertas selanjutnya __ sepertinya seharusnya itu paling depan__ terpasang post it note:


Untuk Sherry,


Maaf kalau aku lancang, tapi artikel-artikel ini mungkin berguna buat kamu :)


Prada Prameshwari


Prada? Hmm.. Oh! Wartawan cantik yang super sibuk di lantai ini ya? Ahh.. dia, dia penghuni pertama yang aku kenal, dan dia duluan yang memperkenalkan diri, sangat sopan. Hmm, baik sekali dia memberikan artikel ini. Aku membolak balik kertas-kertas tersebut. Gambar-gambarnya membuat aku jadi bernostalgia pada masa-masa kuliahku semester.. semester.. ah, semester berapa ya aku belajar anatomi?


Oh iya, aku belum cerita ya dulu profesiku apa? Ya, meskipun terkadang aku malu mengakuinya, tapi toh aku memang punya dan bisa mengejar gelar itu. Aku... seorang dokter.


Sherry

plot/ seri 01/ eps.002: SHERRY/ post: #003. prev post: http://appartemant16.blogspot.com/2010/07/026-1604.html


No comments:

Post a Comment