in this story: Florisia Rainarki
aku menikmati Minggu pagi yang tak terlalu cerah ini dengan merebahkan diri di sofa empuk lobi lantaiku. tak banyak penghuni satu lantaiku yang menikmati untuk beristirahat di sini, mungkin sesekali Prada yang menemaniku menonton sinetron RCTI di malam hari.
biasanya akhir pekan, aku menunggu acara masak koki wanita seksi yang lebih cocok untuk pemotretan kalender di toko emas, ketimbang memikirkan cara menyajikan ikan mas. koki wanita yang menyembunyikan melon di dada kirinya, dan semangka di dada kanannya. kata seorang teman, acara masak akhir pekan di televisi, telah kehilangan esensinya.
saya tak peduli dan terus menunggu acara ini sambil mengecek beberapa acara di stasiun lain untuk membunuh waktu. tiba-tiba suara seorang wanita menyapaku tegas, “acara televisi akhir pekan harusnya tak lebih dari permintaan maaf stasiun televisi karena selama lima hari sebelumnya telah banyak menyiarkan petaka.”
aku menoleh, orang baru tampaknya. gadis itu melanjutkan bicaranya, “kau tahu, banyak orang menuduh pornografi sebagai salah satu penyebab hancurnya moral bangsa. tapi tak banyak yang menyadari, bahwa televisi, dibanding pornografi, jauh lebih keji.”
aku memandangnya kagum, meski dengan tampangnya yang semrawut seperti kurang tidur, dan rambutnya yang menggulung seperti bola kusut. aku mencoba ramah padanya, “kamu, baru ya di sini, maaf aku belum pernah melihatmu sebelumnya?”
gadis itu mengulurkan tangan sambil memperkenalkan namanya, Florisa Rainarki. aku menjabat tangannya yang halus, “Rasuna Adikara, panggil saja aku Jeko, begitu orang-orang di apartemen ini memanggilku.”
kami berdua berebah di sofa yang sama, gadis itu sepertinya ingin mengganti waktu istirahatnya yang tak terlalu dimanfaatkannya tadi malam, dan aku menunggu ratu masakku keluar dari persembunyiannya.
“kau tahu, di mana aku bisa membeli perlengkapan seperti kasur, lemari, kursi, dan lainnya untuk mengisi ruangan di kamarku yang masih kosong,” tanyanya. aku jawab saja di ujung perempatan ada toko yang kalau ia mau membeli dengan harga yang lebih mahal, mereka bisa menyediakannya.
“kalau tidak kau mungkin bisa mencari ke kota, nanti biar kusewakan mobil bak terbuka untuk mengangkut barang-barang belanjaanmu, aku punya kenalan, nanti hubungi saja orangnya atas namaku, beri saja ‘untuk rokok’ meskipun dia tak merokok,” tawarku.
“tapi mungkin lebih baik, kau menyegarkan diri dulu kalau mau keluar, daerah sini bikin orang gampang berkeringat,” tawarku kembali. “ya itu, aku buru-buru pindah kemari, jadi tak sempat membawa peralatan mandi,” jawabnya.
“ya sudahlah, silakan mandi di kamarku, pakai saja peralatannya, mungkin cukup lengkap untuk bisa kau pakai, terlalu lengkap malah, emmhh, Flo, eh, apa aku harus memanggilmu?” tawarku sambil mengantarnya masuk ke kamarku. “Rain, panggil saja aku Rain,” jawabnya.
Rasuna Adikara
plot/ seri 01/ eps.002: SHERRY/ post: #004. prev post: http://appartemant16.blogspot.com/2010/07/023-1606.html
No comments:
Post a Comment