Lantai 16

7/11/10

#026: 1604

in this story: Sherry, Florisia Rainarki

Ah, sudah sabtu saja! Keluhku saat membuka mata pagi ini. Sekarang Sabtu, artinya besok Minggu, yang artinya jadwal pulangku. Rasanya belum ingin aku meninggalkan kota ini. Apalagi setelah kemarin Radita menemaniku sepanjang hari di kota keraton ini. Mengulang tradisi kuliner kami. Serabi Notosuman, Tengkleng Klewer, Cambuk Rambak, Bakso Kalilarangan, Timlo Sastro. Ah! Makanan itu masih bersisa di mulutku. Rasanya ingin menelepon Radita untuk kembali mengajakku hunting kuliner lagi. Tapi, data tulisan dan rekaman ini sudah menari-nari minta dikuliti.

Kanker Serviks. Mengingat isi seminar kemarin langsung mengingatkanku pada Sherry, tetangga sebelah kamarku. Hmm, bagaimana aku menjelaskannya ya, yang jelas aku agak khawatir padanya.

"Risiko menderita kanker serviks adalah wanita yang aktif berhubungan seks sejak usia sangat dini, yang sering berganti pasangan seks, atau yang berhubungan seks dengan pria yang suka berganti pasangan."

Kutipan wawancara dengan sang dokter ahli ini membuatku merinding. Bahaya Kanker Serviks ini terlalu mengusik, pasti akan kuberikan tulisan ini pada Sherry!

Gaya berpasangan manusia jaman sekarang sudah sudah tidak terbatasi, tapi bukan jelas hakku untuk menghakimi. Sikapku sejauh ini hanya memperingati tentu dengan memberikan bukti sampai ia mengerti sendiri, mungkin saja berhenti.

Ah cukup sudah dengan gaya hidup, saatnya menyelesaikan feature ini, si data rekaman dan handout ini sudah minta ditelanjangi. Oke, dimulai dari rekaman ini.

*

Saatnya pulang!
Sudah tiga hari kuhabiskan waktu di Solo. Seminar sudah didatangi, feature sudah diberesi, oleh-oleh sudah ditentengi, keluarga Jeko sudah dikunjungi, dan akte kelahiran si Jeko pun sudah mau dikoperi (agak aneh bahasanya, dikoperi, tapi ya sudahlah ya). Kucermati sekali lagi akte kelahiran si Jeko. Rasuna Adikara, ujarku sambil tertawa. Bisa-bisanya nama sebagus ini diubah menjadi Jeko. Kalau sedang di rumah orang tua Jeko, kadang agak canggung kalau aku harus memanggil Jeko dengan nama aslinya, kadang aku memanggilnya Adi. Lebih aman.


Ah besok sudah Senin lagi, template keluhanku setiap hari Minggu. Jadwal penerbanganku pukul 14.15 WIB. Kulirik jam tanganku, sudah setengah sebelas, lebih baik langsung check out saja. Pak, Timo, orang suruhan kantorku sudah sigap menunggu di lobi semenjak pagi. Aku sudah siap meninggalkan kota ini.


"Pak, saya mau makan dulu, di Nasi Liwet Gajahan ya!" "Siap, mbak." Gludug, gludug. Wah? Mendung ternyata. Semoga jangan hujan sampai pulang nanti! Untung cara makanku tak lama, jadi cukup setengah jam saja aku menghabiskan satu porsi nasi liwet ini. Saatnya ke Adi Soemarmo. Kulirik lagi jam tanganku, jam setengah 12. Sampai di bandara, sang langit mulai bersuara lagi. Ah, sial. Semoga penerbanganku tidak delayed! Pak Timo pun mengucapkan pergi, ucapan terima kasihku mengakhiri perjumpaan kami.


Segera aku menghampiri customer service bandara ini, menanyakan akankah ada kemungkinan penerbangan ke bandung tertunda atau tidak. Berita buruk. Si mbak-mbak customer service mengatakan bahwa memang ada kemungkinan semua penerbangan tertunda hari ini, diperkirakan akan ada angin besar. Sial. Saat kutanya kira-kira berapa lama tertundanya, mbak Iva Nurnami--begitu nama yang kubaca di pin dada kirinya--mengatakan "Mungkin satu sampai dua jam, nanti kami pasti informasikan."


Aku pasrah, akhirnya setelah mengurusi segala urusan pertiketan, aku memutuskan menunggu di Starbucks saja. Segelas Frappuccino Blended Caramel sudah menari-nari di otakku. Frappuccino sudah di tangan, lebih baik aku online saja. Si Toshi--nama laptopku--kukeluarkan dari koper kecilku. Cek e-mail, Facebook, Twitter, dan tak lupa cek rilisan game RPG terbaru. Yang terakhir adalah kegiatan favoritku. Satu jam, dua jam, tiga jam. Akhirnya ada datang juga pengumuman tentang penerbanganku. Satu jam lagi. Oke, kuhadapkan lagi wajah ini ke si Toshi.


Akhirnya aku sudah duduk manis di pesawat ini. Kulirik lagi jam tangan ini, sudah jam setengah lima. Rasanya ingin segera sampai di rumah. Tidur saja.


Sudah pukul 17.45 WIB, dan aku sudah duduk manis di taksi dalam perjalanan ke rumahku. Untung jalanan tidak macet dan menambah ruwet otak ini. Apartemen Seguni. Sudah sampai. Kulewati lobi, dan kupencet lift apartemen ini, lantai 16. Sampai lantai 16, lift terbuka. Wah, tumben, masih jam segini, tapi lantai ini sepi sekali. Terlalu sepi. Tanpa pikir panjang, aku langsung masuk ke kamarku. Ingin segera menyentuh air panas dan tidur. Kulirik kamar 1606, wah sudah ada penghuninya ya? Kira-kira orangnya seperti apa ya? Ah besok saja berkenalannya. Atau nanti malam di saat jeko sudah mulai mengetok kamar.

Prada Prameshwari
plot/ seri 01/ eps.002: SHERRY/ post: #003. prev post: http://appartemant16.blogspot.com/2010/07/025-1604.html

No comments:

Post a Comment