in this post: Kolabton Nawalem
"Sherry, namaku Sherry", kataku kepada pria itu sambil menutup pintu.
Aku tidak punya waktu banyak untuk berbasa basi lebih dengan pria itu. Yang penting Eibi, Eibi yang menelepon dan memohonku untuk bertemu di tempat biasa kami kencan, dan yang perlu digaris bawahi, dia memohon. Sejak kami putus, dia belum pernah memohon seperti ini. Emm, dia sering memohon untuk ditemani makan siang sih, tapi tidak sampai bilang 'aku butuh kamu'.
Aku berjalan berputar putar kamarku, masuk kamar mandi, keluar lagi, keliling dapur, berjalan ke arah sofa, duduk, berdiri lagi, kemudian masuk kamar mandi lagi. Aku melihat bayanganku di cermin wastafel. Mata sembab dengan bagian bawah mata menghitam akibat kelunturan mascara. Rambut coklat tuaku berantakan, potongannya sudah tidak beraturan--yah mungkin juga karena habis bercinta, bibirku coreng moreng dengan bekas lipstik merah yang berantakan--ya ini juga mungkin karena habis berciuman. Apakah aku harus menemuinya?
Dan hal lain yang mebuat aku bimbang adalah mengapa aku bimbang? biasanya aku santai saja menanggapi dia yang masih suka bermanja-manja denganku. Tapi mengapa tadi sewaktu aku mendengar suaranya yang gelisah perasaanku menjadi aneh? Kemana Sherry yang tidak pedulian? Aku punya firasat, pertemuan kami nanti akan berbuah sesuatu.
Aku menghela nafas dan kemudian memulai ritual mandi ku dengan terlebih dahulu: Buang air besar. Semalam aku habis anal.
*
Tanpa sadar aku sudah berada di depan pintu lift. Aku mengenakan gaun merah casual tanpa tahu alasan kenapa aku memilih gaun ini. Pikiranku benar2 kosong memikirkan segala kemungkinan. Apa ini? apa ini gara aku menyadari kalau sebentar lagi Eibi akan menikah. Bukankah dulu aku pernah berikrar bahwa tidak akan ada yang menghalangi aku bertemu dengan Eibi selama bendera kuning belum berkibar? Apa aku... takut kehilangan…?
AKH, kenapa lagi ini lift lama sekali. Aku melirik jam tanganku. Sudah hampir terlambat. Aku memutuskan untuk lewat tangga darurat. Rupanya bukan cuma aku yang memutuskan melewati tangga darurat suram ini, ada sorang pria membawa gitar. Dia sedang duduk miring di salah satu anak tangga sehingga aku bisa melihat wajahnya. Aku sering melihat pria ini, dimana ya?
Hati2 aku melewati si pria ini. Rupanya ia tertidur. Matanya terpejam. Aku mindik mindik seperti maling, tidak mau menggangu.
"MAU KAH KAU BERCINTA DENGANKU?!!" pekik pria itu tiba2 sampai hampir membuatku meloncat saking kagetnya. "Emmmmm mnyemm nyemmm.. ", bunyinya kemudian.
Ah, kampret. Rupanya dia mengigau. Dasar, sepertinya pria ini golongan pria2 kesepian horny yang bosen onani. Cih, aku tersenyum ketus, sombong.
"Hah, pathetic..", ketusku pelan.
Ketika aku berlalu, tiba2 kakiku ada yang menjerat. Aku kaget sampai berteriak sangat kencang. Beberapa detik kemudian aku menyadari kalau jeratan itu adalah tangan si pria itu.
"Serius, ...tetangga, maukah kau bercinta denganku?" katanya lagi. Dia memandang mataku lekat2.
Apaan siiiiihh???
Sherry
No comments:
Post a Comment