Mungkin sudah puluhan rumah sewa yang aku datangi hari ini, dan tak satupun yang sesuai dengan inginku. Kala itu, adzan magrib menggema, senja semakin nyaris tenggelam bersama dingin yang menusuk tulang belulang. Gawat! Artinya sudah dua malam aku tak punya tempat tinggal. "Kita harus bergegas!" Ujarku kepada Bovia, kekasihku.
"Ya sayang,kita harus dapat malam ini juga," jawabnya seraya meneguk teh botol yang kami beli di pinggir jalan Dago.
Setelah menyusuri beberapa jalan Bandung, di malam yang tak berbintang itu - dimana smangat mencari semakin melemah- motor matic Bovi tak bersahabat. Cessss, terdengar suara ban depan motor berwarna hitam itu kempes.
"Sial," umpatku dalam hati. Kami berdua mana tahu tambal ban terdekat, menemukan tambal ban tak semudah menemukan supermarket waralaba yang setiap kilometer nyaris ada.
"Kamu jangan bete ya, kita pasti dapat tempat tinggal yang sesuai keinginanmu," ujar Bovi mencoba menenangkan kekasihnya yang gampang putus asa ini.
"Iya,tapi hari semakin malam. Aku udah gak nyaman nebeng di tempatmu, apalagi melihat paman&bibimu yang tak familiar itu," tambahku ketus.
"Lho kenapa kamu malah ngomel tentang keluargaku?!!," Bovia terpancing emosi lantaran ucapku.
Aku diam, hentikan perbincangan dengannya. Dia pun diam. Posisi kami masih duduk di motor ber-ban kempes itu. Pandangan kami sengaja tak beradu. Di tengah keheningan jalan yang hanya diterangi lampu jalan itu, mataku tertuju pada satu tulisan yang persis berada di hadapku. "Appartemant"
Tulisan itu bercat putih dengan huruf italic. Di pagar besi gedung tinggi menjulang itu terdapat pula tulisan yang tergantung, 'masih ada kamar kosong'. Seketika aku terkejut sendiri. Reflek kupukul pundak Bovia. "Kenapa dari tadi kita sibuk berantem dan mikirin tambal ban, sampe kita gak ngeh kalo gedung di seberang jalan itu apartement!" Ujarku antusias sembari mengarahkan telunjukku ke gedung yang bercat abu-abu itu.
Mata Bovia mengikuti telunjukku, ia menjawab. "Apa kataku! Saat kita tlah putus asa kadang harapan kita jadi nyata," ujarnya seraya mengelus kepalaku. Malam itu, tanpa babibu lagi, aku dan Bovia bergegas mendorong motor menuju apartemen itu. Aku percaya, tempat tinggal ini sesuai seleraku. "Aku suka tempat tinggal yang ada balkon, kita bisa menatap semburat senja sembari minum wine. Oh aku tak sabar lagi untuk tinggal disana sayang.
Florisia Rainarki
plot/ seri 01/ eps.002: SHERRY/ post: #001. prev post: -
"Ya sayang,kita harus dapat malam ini juga," jawabnya seraya meneguk teh botol yang kami beli di pinggir jalan Dago.
Setelah menyusuri beberapa jalan Bandung, di malam yang tak berbintang itu - dimana smangat mencari semakin melemah- motor matic Bovi tak bersahabat. Cessss, terdengar suara ban depan motor berwarna hitam itu kempes.
"Sial," umpatku dalam hati. Kami berdua mana tahu tambal ban terdekat, menemukan tambal ban tak semudah menemukan supermarket waralaba yang setiap kilometer nyaris ada.
"Kamu jangan bete ya, kita pasti dapat tempat tinggal yang sesuai keinginanmu," ujar Bovi mencoba menenangkan kekasihnya yang gampang putus asa ini.
"Iya,tapi hari semakin malam. Aku udah gak nyaman nebeng di tempatmu, apalagi melihat paman&bibimu yang tak familiar itu," tambahku ketus.
"Lho kenapa kamu malah ngomel tentang keluargaku?!!," Bovia terpancing emosi lantaran ucapku.
Aku diam, hentikan perbincangan dengannya. Dia pun diam. Posisi kami masih duduk di motor ber-ban kempes itu. Pandangan kami sengaja tak beradu. Di tengah keheningan jalan yang hanya diterangi lampu jalan itu, mataku tertuju pada satu tulisan yang persis berada di hadapku. "Appartemant"
Tulisan itu bercat putih dengan huruf italic. Di pagar besi gedung tinggi menjulang itu terdapat pula tulisan yang tergantung, 'masih ada kamar kosong'. Seketika aku terkejut sendiri. Reflek kupukul pundak Bovia. "Kenapa dari tadi kita sibuk berantem dan mikirin tambal ban, sampe kita gak ngeh kalo gedung di seberang jalan itu apartement!" Ujarku antusias sembari mengarahkan telunjukku ke gedung yang bercat abu-abu itu.
Mata Bovia mengikuti telunjukku, ia menjawab. "Apa kataku! Saat kita tlah putus asa kadang harapan kita jadi nyata," ujarnya seraya mengelus kepalaku. Malam itu, tanpa babibu lagi, aku dan Bovia bergegas mendorong motor menuju apartemen itu. Aku percaya, tempat tinggal ini sesuai seleraku. "Aku suka tempat tinggal yang ada balkon, kita bisa menatap semburat senja sembari minum wine. Oh aku tak sabar lagi untuk tinggal disana sayang.
Florisia Rainarki
plot/ seri 01/ eps.002: SHERRY/ post: #001. prev post: -
No comments:
Post a Comment