Lantai 16

7/7/10

#006 1601

Berjam-jam setelah serangan pertama tadi pagi itu, aku masih saja mondar mandir di ruang apartemen. Membuka kardus itu, menyimpan ini, menggeser itu. Dan akhirnya setelah lelah menyerang, ruang berukuran 4 x 7 m ini bisa juga terasa nyaman. dan entah kenapa, meski apartemen ini belum juga genap seminggu kutempati namun terasa familiar dan menyenangkan.

Aku melayangkan penglihatanku ke segenap ruang pandang. dinding apartemen yang putih ini hanya terganggu sebuah lukisan abstrak yang dilukis sahabatku. Dari tempatku duduk, aku bisa melihat ke arah pantry di sebelah pintu masuk, lalu ke meja makan yang di tata sekenanya. Di depanku ada tiga buah pintu. Satu pintu kamarku, satu pintu ruang kerjaku dan satu lagi adalah pintu kamar mandi.

Aku menjatuhkan pandang pada pintu ruang kerja yang terbuka. semua harta karunku ada disana. Harta karun? Ya, Harta karun! Buku-buku yang sudah jadi koleksi dari jaman aku SD dan termasuk juga memento dari pacar pertama hingga memento dari lelaki itu.

Drrrrt..drrrt

Aku menoleh ke sumber suara rupanya ponselku bergetar di meja makan. aku beranjak.

One Message Received.

Menghela nafas seketika begitu melihat nama yang tertera dibawahnya. Papa.

"Pulang jika kamu lelah disana."

Pendek dan tanpa tedeng aling-aling. Begitulah Papa. Tapi kata-katanya selalu mengena.

Aku beranjak ke pantry, si dapur mini yang hanya terdiri dari dua konter itu. kompor dan wastafel. mengobrak-abrik lemari di atasnya. hanya ada gula, kopi dan teh. ah dan seperangkat alat makan plus masak. tentu saja. Lantas aku membuka kulkas. Kosong. Padahal perutku minta diisi. Terlalu lelah untuk pergi akhirnya aku memutuskan menggunakan jasa delivery.

Sambil menanti makanan yang katanya diantarpaling lama 45 menit lagi itu, pikiranku kembali pada pesan singkat papa.
Lelah disini? tentu saja. Namun aku takkan menyerah. belum. menjadi bumil tanpa suami memang tidak mudah. meski usia kehamilanku masih sangat dini namun beratnya mulai terasa. pening dan muntah-muntah hampir setiap pagi kujalani. belum lagi pantangan makan sana-sini.

Namun demi janin ini, aku akan tetap bertahan. aku akan membuktikan bahwa tanpanya pun aku masih bisa melahirkan sendirian.merawat dan membesarkannya sendirian!

Rasanya pertengkaran itu baru terjadi kemarin. pertengkaran yang membuat aku dan pria itu berpisah jalan. Aku tersenyum sendiri, bukan karena lucu. Tapi ngilu. Dan sejuta kenangan tiba-tiba saja membanjiri sebelum aku mampu menegakkan benteng hati.

Ting Tong.

Bel pintu depan berbunyi. itu pasti makanan yang kupesan melalui delivery. Aku membuka pintu pada orang pertama yang bisa mengintip di apartemenku. Mas-Mas delivery itu pergi setelah melaksanakan kewajiban dan meminta haknya. Namun sebelum pintu ditutup aku sempat melihat seorang perempuan muda tergesa menuju lift. wangi parfumnya sempat hinggap di penciumanku. wangi yang manis.

Ziantine Larasati
plot/ seri 01/ eps.001: INTRODUKSI/ post: #002. tagged by: -

No comments:

Post a Comment