Lantai 16

7/7/10

#007: 1604

Malam ini terasa suntuk. Cukup membuatku mengantuk. Namun saya belum boleh merebahkan tubuh ini sebelum beribu rangkaian kata di depan saya ini selesai pada titik terakhirnya. Besok adalah hari Rabu, yang artinya tenggat waktu untuk satu tulisan saya. Ya, setiap minggu minimal satu tulisan harus saya hasilkan untuk majalah tempat saya bekerja, Seventeen. Feature tentang "High Heels" ini harus segera dikirim via e-mail sebelum pukul 7 besok pagi. Baru paragraf keenam, saya sudah stuck. Otak saya meretak. Saya ngawang. Pikiran saya melayang.


Kembali kudengarkan rekaman wawancara dengan dokter Emma sang spesialis Podiatric (ilmu tentang kesehatan kaki) tentang bahaya penggunaan sepatu dengan hak tinggi sore kemarin. Kembali kubaca artikel-artikel serupa yang pernah membahas tentang topik yang sama. Kembali kumainkan sepuluh jari ini di atas keyboard laptop toshiba ini. Dan kembali kubaca feature yang belum rampung ini. Masih kurang. Apa sih yang kurang? Ga enak dibaca deh! Otak pun mulai panas. Saya pun mulai mengganas. Ingin rasanya berteriak, namun rasanya hanya akan mengundang perhatian para tetangga satu lantai, bahkan bisa-bisa si bapak satpam turun tangan. Kalau sudah terhenti begini, saya harus berhenti. Menurut saya, menulis itu adalah seni, yang bekerja menggunakan emosi manusiawi. Jangan dipaksa, karna sesuatu yang dipaksa tidak akan baik hasilnya. Jadi saya memutuskan untuk mendinginkan otak ini sementara.

Salah satu cara pendinginan paling ampuh menurut saya adalah bercumbu dengan salah satu dari empat sekawan yang saya miliki. Kenalkan, mereka adalah Playstation 3, WII, Playstation Portable, dan Nintendo DS. Cukup lengkap bukan? I am a game freak. Hobi saya adalah main game, dengan spesialisasi Role-Playing Game. Tantang saja, saya pasti akan meladeni. Oke, yang kebagian giliran malam ini adalah si PSP. Kuambil PSP dari si LV--bukan KW, ini asli saya beli sendiri dengan uang gaji majalah remaja ini. Kumainkan Tales of World yang belum juga usai. Satu jam. Dua jam. Oke, sepertinya cukup. Kurenggangkan tubuh untuk kembali berseni.

Kuhadapkan mata ini ke deretan kata di layar laptop itu. Saya sudah siap menulis lagi. Satu jam. Dua jam. Dan selesai. Tulisan: Prada Prameshwari pun terketik sebagai pertanda akhir dari feature ini. Kembali kurenggangkan badan. Kulihat layar handphone, wah sudah jam 1, masih ada bangun ga ya? Kalau sudah begini, biasanya saya sengaja membuka pintu, barangkali masih ada yang terbuka pintunya dan masih beraktivitas, atau barangkali bisa mendapat gossip tengah malam. Kubuka pintu coklat tua itu, dan......kutengok kanan, kiri.... ah sudah sepi. Barangkali hari kemarin cukup melelahkan buat mereka. Baiklah, tidur saja. Selamat malam lantai 16. Semoga tidur kalian menyenangkan.

Prada Prameshwari
plot/ seri 01/ eps.001: INTRODUKSI/ post: #001. previous post: -

No comments:

Post a Comment