Lantai 16

7/7/10

#002: 1601

Semburat cahaya masuk perlahan melalui celah gorden kamar. Aku membuka mata sedikit, melirik pada weker kecil di nakas sebelah tempat tidur. Jam 8. WHAT?! Jam 8?! aku tergeragap sendiri. Segera bangun dari tempat tidur dan melangkah menuju dapur. aku langsung terhenyak begitu mencapai ambang pintu. Masih ada tumpukan kardus disana-sini. beberapa furnitur bahkan masih memakai plastik. Aku terduduk lemas di lantai. menghela nafas dalam-dalam dan menyibak poni yang mulai menutupi mata.

Old habits die hard.

Akhirnya aku berdiri, kembali ke kamar dan membuka gorden jendela. Cahaya matahari Bandung menembus ke dalam kamar, membuatku menyipitkan mata. Silau.

Tanpa berpikir aku menuju ke ruang dapur. menjerang air di sebuah teko dan membalikkan badan pada ruang berantakan. Kardus coklat menggunung di sudut ruang, ada beberapa kardus coklat lagi yang terserak di lantai, setengah terbuka. Mataku lantas menjelajahi ruangan itu, ada tiga pintu berjejer meski yang satu agak menjorok ke dalam. Dua diantaranya adalah ruang tidur dan yang pintunya menjorok ke dalam itu kamar mandi. Tepat di depanku adalah sebuah ruang lapang, hanya terisi meja, beberapa kursi dan.. kardus-kardus itu. Aku menghela nafas. Ini akan menjadi hari yang panjang untuk membereskan semuanya.

Suara nguung yang akrab di telinga menyadarkanku. Aku mematikan kompor, mengambil mug putih di lemari dan tanganku yang satu lagi mengambil stoples berisi bubuk kopi. Hmm Kopi? lantas terngiang di telingaku wejangan perempuan itu "usahakan jangan minum kopi dan merokok ya" lagi-lagi aku mendesah. Tanganku kini mengambil teh celup di stoples yang satu lagi. Masukkan tiga sendok teh gula ke dalam gelas, isi air, celupkan teh, jangan terlalu kental, lalu aduk. Voila, jadilah teh manis panas ala chef Ziantine Larasati.

Aku tersenyum sendiri memandang teh yang baru aku buat. seakan-akan itu sebuah masterpiece agung. Lalu, dengan hati-hati aku menyeruput minuman manis itu. Hmm, teh hangat ternyata cukup nikmat untuk membuka hari. Satu detik, dua detik aku meresapi kehangatan teh yang menjalar hingga dada sebelum hantaman lain menyerang dari bawah. tergesa-gesa, aku berbalik, menjangkau wastafel dan HOEK!

selamat datang morning sickness.

Ziantine Larasati
plot/ seri 01/ eps.001: INTRODUKSI/ post: #001. tagged by: -

No comments:

Post a Comment